Minggu, 26 Mei 2013

Flashback 26 Mei

Diposting oleh Ardhia Dwivariska Astrinikko di 8:44 PM 0 komentar
      Minggu malam adalah, Quality Time buat diri sendiri. Tadi sore hujan, malam ini tinggal angin sepoi sepoi yang tersisa. Playlist memainkan lagu lagu enak. Kasur dan bantal memanggil manja. Rak buku menampilkan kumpulan novel yang demo minta dibaca. Sejenak ngelirik jam di dinding, it’s 20.25 PM! Trus kepikiran dua tahun yang lalu di jam segini gue lagi ngapain?

       Flashback ke kamis malam, 26 Mei 2011. Jam jam segini di kamar gue lagi sedih sesedih sedihnya orang sedih. Galau segalau galau nya orang galau. Hancur sehancur hancurnya tahu dilempar dari lantai 13. Siapa coba yang ga ngeluarin ekspresi sedemikian dramatisnya kalo tau bakalan dapat kabar yang eeuummhh yaaa begitulah haha LOL. Oke sebelumnya pas sore gue abis jalan jalan nih (lupa dari mana dan sama siapa seingatnya sih ada ian juga). Sepulang dari jalan jalan ian ngasih kabar kalooooo dia bakalan pindah (OMG nampar nampar pipi). Trus dia bilang gini *seingat gue* “Sabar dulu, itu belum pasti. Nanti aku coba tanya ortu, palingan becanda”

 

      Singkat cerita......
     Malam itu juga gue ngurung diri dikamar dan nangis galau sejadi jadinya haha labil. Ga terima sih sama kenyataan ya lo bayangin aja baru juga 21 Mei ‘11 yang lalu kita annive sebulan eeeh 5 hari kemudian dapat terrible news oh damnshit.

      Udah aah merinding gue kalo ngingat ngingat kejadian itu -_-

Minggu, 28 April 2013

Tahukah kamu?

Diposting oleh Ardhia Dwivariska Astrinikko di 5:23 PM 0 komentar
        Kenapa kamu ga pernah mau tau keadaan aku? Kenapa kamu gapernah nanya kabar aku gimana? Apa kamu ga merasa belakangan ini aku aneh? Kalau iya, kenapa kamu ga berusaha nanyain ke aku? Apa udah ga peduli?
         Satu satunya orang yang aku harapin ada buat aku, bisa menghibur aku disaat keadaan ku seperti ini, malah ga ada sama sekali! Kamu sibuk? Tapi apa gabisa sebentar saja luangin waktu buat tau keadaan ku yang sekarang?

     Atau apa aku yang terlalu pengecut? Yang tidak berani untuk memulainya? Sehingga segalanya terpendam, lalu sewaktu waktu bisa meledak dan menyebabkan kehancuran? Bukan, bukan aku tak berani memulainya. Hanya saja waktu nya tidak tepat. Akhir akhir ini kita selalu salah paham, tak ada yang mau mengalah. Terkadang tingkahmu membuat ku semakin kesal. Emosi ku tak dapat lagi terbendung. Aku jenuh menghadapi hal yang itu itu saja. Aku butuh waktu yang pas untuk mengadukan segalanya padamu. Hingga waktu dan keadaan mengizinkan.

Minggu, 21 April 2013

Sunday. April 21st, 2013

Diposting oleh Ardhia Dwivariska Astrinikko di 5:02 PM 0 komentar
Hello 21 April di abad ke 21. Selamat Hari Kartini buat para wanita di seluruh Indonesia :)

          BTW GUE ANNIVE LOH HARI INI. 2 TAHUN!!. Feeling Amazing. Feeling like I'm the most luckiest girl in the world. HaHaHa

Berawal dari 20 April 2013. Pas pulang sekolah aku dapat titipan paket dari Putri. Tau gimana rasanya? Omg I was very surprised. Pas baca nama pengirim paket itu, ooh speechless, shock, mata berkaca-kaca. Karna ga percaya aku balikin itu paket ke Putri trus langsung pergi, asalnya gamau terima tapi Putri malah nyusul trus bilang gini "Jangan dibuka sampe besok ya".

Nyampe di rumah
     Termenung. Antara ga percaya, marah, terharu, ah entahla. Pengirim paket itu ternyata FEBRIAN! Dia sengaja ngirimin hadiah buat annive kita. Oke setelah terima paket itu aku pura-pura biasa aja seolah-olah ga terjadi apa-apa. (Padahal penasaran banget sama isi paketnya)

Sunday Morning, 21 April 2013
      Seperti biasa jam 6 pagi aku kirim ucapan annive ke Febrian via SMS. Ucapan Febrian untuk bulan ini: "Maaf karna aku gabisa nemuin kamu" how sad :(. Tapi yaudahlah, jarak, waktu, dan Allah belum ngizinin kita buat ketemu. Ngejalanin LDR emang harus extra sabar ya. Daaan ini dia waktu yang paling ditunggu, sekitar jam 08.45 am dia bilang, "Lg apa? Buka lah paket nya syg :D" 


 Paket dari Febrian, sebenarnya kotak segede ini cuma kamuflase karenaaa.....

Tadaaaaa. Kado yang sesungguhnya adalah yang berwarna pink!

Dan ini isinya. NOVEL! I love this! Really

 Pas buka lipatan novel "PARIS", ternyata ada card nya.

 Ini tulisan yang ada didalam card tersebut. Tulisan tangan Febrian yang ga pernah berubah sejak pertama kali aku melihatnya. About 4 years ago . . . Random banget


     Sweet banget ya Ian. Beginilah Anniversary tahun ini. Terharu sekali pokoknya. Terimakasih banyak pacarrrrr. Harapannya semoga Ian ga suka ngilang tiba-tiba lagi, mengurangi kebiasaan balas text lama yang sungguh melelahkan hatiku karena harus lama menunggu. Sering-sering bikin aku merasa sebahagia ini ya sampe kita jadi kakek nenek hahaha lol.

Rabu, 20 Februari 2013

Behind The Scene

Diposting oleh Ardhia Dwivariska Astrinikko di 8:48 PM 0 komentar
          Hai hai udah lama ya ga ngepost, kali ini aku mau ngepost seputar 'Behind the scene of Birthday Stop Motion FYS' movie. Yaaa minggu lalu aku baru upload video itu di Youtube. Kalau mau liat videonya bisa klik disini

Jadi langsung ajayaaa...........










          Udah deh segitu aja hehe =))

Minggu, 06 Januari 2013

Doa dari Bumi

Diposting oleh Ardhia Dwivariska Astrinikko di 12:26 PM 0 komentar

— Kutipan dari buku ‘Long Distance Hearts’ —

     Aku pemuja cinta, cinta itu membuaiku. Dicekoki oleh segala keindahan, manisnya bujuk rayu, dan kemudian dengan lembut mereka menghembuskan angin angin surganya. Membuat ku terlena hingga aku menjadi seorang pemabuk. Pecandu cinta.
     Aku bahkan terlalu tegar, ketika kenyataan berbanding terbalik dengan mimpi mimpi seorang anak manusia. Semua rencana, semua cerita yang mencoba disusun indah, hilang. Terbang. Percuma.
     Cinta itu menjatuhkanku dari langit dan menghujam bumi dengan hebat. Berdentum keras dan menyadarkan dari buaian mimpi panjangku.
     Ini nyata. Bukan Negeri dongeng.
     Terlalu bodoh ketika aku menjadikan cinta itu menjadi sebuah trauma. Ketika kita menemukan cinta yang tepat, cinta itu adalah sebuah hamparan padang rumput hijau. Dengan langit biru, dan bunga bunga yang memperindah setiap sudutnya. Indah. Bebas. Kita bisa berteriak kencang. Inilah cinta. Tanpa batas, tanpa      Sepagi ini, aku masih terjaga. Mataku sama sekali tak mau terpejam. Pikiranku berlari liar. Menelurusi setiap imajinasi yang tak pernah tersentuh, dan kemudian berhenti di satu titik. Kamu.
     Aku memandangi foto yang menjadi wallpaper ponselku. Sosok yang tepat hari ini sudah tiga tahun ada dalam setiap perjalanan hariku. Menemani pagiku. Menyemangati kelesuanku. Sahabat bagi masalah masalah study-ku. Kakak bagi setiap tingkahku dan jarak ratusan meter menjadi penghubung hatinya dan hatiku.
     Tak mudah melakoni peran ini. Menjadi sabar, pengalah dan dewasa bukanlah sifat asliku. Tapi kamu… kamu mengajariku semua yang tak pernah diajari oleh siapa pun yang pernah singgah di hatiku.
     Pernah suatu hari, seorang mantan muncul dan mulai mengusik hidupku kembali. Dengan segala cara, dia mencoba masuk kedalam hatiku yang telah tersekat. Aku berharap, dia marah kepada mantanku dan memintanya jangan pernag menggangguku lagi.
     Salah aku berfikir demikian. Bukan itu yang dia lakukan. Pelan, dia membisikkan kalimat panjang kedalam ruang dengarku.
     “Tau gak kenapa kita gak boleh benci sama mantan kita? Dia dulu pernah bikin kita senyum-senyum sendiri kalau kita baca text dari dia. Dia dulu pernah kita peluk dan bilang ‘I Love You’. Dia dulu kita panggil ‘sayang’. Dia dulu suka bikin kita marah gak jelas gara-gara gak ada kabar, dan banyak hal lainnya yang dia lakukan. Lupa? Gak bisa benci? Buat apa? Di kenang aja. Kalau gak ada ‘dia’, kita gak ada tambahan certa kan? Ajak dia untuk tahu, apa indahnya berteman. hati gak bisa dipaksakan.”
     Entah terbuat dari apa hati manusia itu. Cara bicaranya lurus. Tanpa ekspresi. Hanya segores senyum tersayat tipis di bibirnya. Sedikit. Dalam. Namun penuh arti.
     Aku benci senyum itu. Aku benci kalau dia tersenyum. Aku luluh. Bersatu dengan bumi. Tak tersisa.
     Aku membuka lemari bajuku, aku pandangi semua koleksi kemeja hingga kaus yang ada di dalam lemariku. Mataku memburu. Setiap baris demi baris. Masih memburu.
     Jariku bermain pelan. Menelusuri setiap lipatan kaus yang terlipat rapi. Jariku berhenti pada sebuah baris. Paling bawah. Kemeja putih. Satu-satunya kemeja yang dilipat. Tidak digantung di bagian khusus hanger…
     Aku memacu langkah kakiku. Semakin cepat. Berburu dengan waktu. Menerobos keramaian pagi kota Purwokerto yang masih lengang. nafasku memburu. Jantungku berdentum kencang. Meronta. Seakan ingin keluar dari rongga dadaku dan berdetak sesuai ayunan kakiku,
     Aku menikmatinya, aku menikmati suasana seperti ini. Berlari berpacu dengan waktu. Lama aku tak melakukan hal ini. Berlari dari rumah menuju ke arah stasiun kereta api yang memang tak jauh dari rumahku. Mengingatkanku dengan dia yang hampir selalu ketinggalan kereta menuju Yogyakarta, dan sekarang, hari ini. Aku akan bertemu dengan dia. Orang yang aku sayangi itu. Yogyakarta. Kekasihku. Tujuanku.
     Yogyakarta. Selalu istimewa. Tempat yang begitu menyenangkan. Aku selalu suka tempat ini. Bersahabat. Nyaman. Ramah. Bersejarah.
     Di sini, Tiga tahun lalu kami pertama kali bertemu. Setelah satu tahun hanya berkomunikasi melalui dunia maya dan telepon. Friendster yang mempertemukan kita. Saling mengetuk hati. Memberikan signal dan kemudian menangkap getaran lembut itu. Tanpa sadar, hingga kami membiarkan sebuah benih itu tumbuh. Bertunas dan kemudian mekar menjadi cinta.
     Jogja sedang tak bersahabat pagi ini. Empat jam perjalanan dari Purwokerto membuat cuaca berubah. Mendung. Berharap ini bukan pertanda buruk untuk bertemu kekasihku. Tak lama setelah aku keluar dari stasiun Lempuyangan, sebuah sepeda motor mendekatiku. Seorang gadis manis hanya tersenyum ketika memintaku bergegas naik. Dia. Nama gadis itu Dia. Dia adalah adik dari kekasihku. Dia selalu tahu aku akan datang setiap tanggal sepuluh Maret.
     Berulang kali aku meminta agar tak usah dijemput. Tapi Dia selalu memaksa. Kata Dia, teman kakaknya adalah temannya juga. Iya teman. Aku hanya teman di mata mereka. Karena aku seorang lelaki. Terlalu tabu untuk mengenalkan aku sebagai kekasihnya.
     Sepeda motor Dia bergegas berhenti. Sepi.Tak banyak orang di tempat yang aku tuju sekarang. Hanya beberapa segelintir orang berpayung hitam yang keluar dengan wajah datar. Tanpa ekspresi. Begitu juga Dia. Dia tampak diam. Matanya mendadak sayu.
     Aku merangkulnya. Merangkulnya erat dan mengelus pelan bahunya. Huuufff… Aku menarik nafas panjang.
     Aku memulai langkah kakiku yang kaku menuju gerbang. Meski sepi. Inilah rumah kekasihku. Rumahnya yang terakhir. Tempat pemakaman umum.
     Rumput hijau tumbuh subur diatas gundukan tanah. Di depanku, ini kekasihku. Terbujur diam. Kaku. Tanpa suara. Bersinergi dengan bumi. Satu tahun sudah dia pergi meninggalkanku sendiri. Tanpa pamit. Kecelakaan lalu lintas mengakhiri cinta tabu kami. Sepeda motornya tertabrak bus antar kota ketika pulang kerja sore itu.
     Tuhan memanggilnya. Ke rumahNya.
     Sekuat tenaga aku berharap ini hanya mimpi. Sekuat tenaga pula aku mencoba terbangun dari tidurku. Tapi sekuat apa pun itu, ini nyata. Bukan mimpi. Bukan sebuah daram yang bisa di cut di tengah adegan dan bisa diperbaiki naskahnya.
     Mencoba kuat adalah usahaku untuk membahagiakan dia, kekasihku. Mencoba ikhlas adalah usahaku agar dia tenang di sisi Tuhan. Dan mencoba menjadi biasa, adalah usahaku agar aku terbiasa menjadikan kau kekasihku.
     Dia memegang tangan ku erat. Senyumnya kaku. Terpaksa. Dia menenangkanku. Kenyataan menyadarkanku. Kalu kami memang tak akan pernah bisa bersatu. Mungkin dengan mendoakanmu adalah caraku memelukmu dari jauh… dari bumi.

                                                                                                                       Nugroho Yogo Pratomo
                                                                                                                         ( @longdistance_R )
 

My World~ Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting